Wish me luck
Jumat, 29 Januari 2016
Senin, 18 Januari 2016
Sonna Kimi, Konna Boku - Thinking Dogs, TV version, Naruto Shippuden Ending 36th [lyrics/romaji]
Sonna kimi wa nazeka
Konna boku wa zutto hitei dekinakute
Hashitteiru sono senaka o
taiyou mitai ni oikakeketa
Te ga todou kisou na yume wa kachi ga nainda
Zettai ni muri datte iwareru kurai ga ii
Akirameru nante itsudatte dekiru kara
Hiki hanasarete mo boku wa ganbarou
Hito wa doushite senakashite kisoi aru no ka?
Jibun no sonzai o shoumei shitai
Sonna kimi wa kitto
Konna boku ni wa nai kodoku ni obieterunda
Sono saki ni wa daremo inai
Ushiro ni chikazuku fuan dake
Boku ga iru
readmore »»
Konna boku wa zutto hitei dekinakute
Hashitteiru sono senaka o
taiyou mitai ni oikakeketa
Te ga todou kisou na yume wa kachi ga nainda
Zettai ni muri datte iwareru kurai ga ii
Akirameru nante itsudatte dekiru kara
Hiki hanasarete mo boku wa ganbarou
Hito wa doushite senakashite kisoi aru no ka?
Jibun no sonzai o shoumei shitai
Sonna kimi wa kitto
Konna boku ni wa nai kodoku ni obieterunda
Sono saki ni wa daremo inai
Ushiro ni chikazuku fuan dake
Boku ga iru
Minggu, 10 Januari 2016
Kontribusi yang telah, sedang, dan akan saya lakukan untuk Negara
Dilahirkan dan dibesarkan oleh
keluarga yang peduli dengan pendidikan. Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting
bagi keluarga, sehingga orangtua Saya hanya memberikan anggaran berlebih kepada
Saya jika anggaran tersebut Saya gunakan untuk memenuhi
kebutuhan akan pendidikan. Tingkat pendidikan sendiri merupakan salahsatu
faktor utama maju atau tidaknya suatu negara. Semenjak SD Saya sangat suka
mempelajari hal – hal berbau sains dan juga matematika. Ketertarikan Saya ini
bermula dari Ayah Saya yang mengajarkan Saya untuk membaca, meskipun secara fisik
Saya termasuk orang yang tergolong lamban dalam berkembang, namun keberadaan
orangtua Saya sangat membantu perkembangan Saya dalam perbendaharaan kata. Saya
masih ingat bahkan sebelum TK, Saya sudah diajari membaca dengan Ayah Saya dan
betapa bangganya Saya akan hal itu. Kemudian, akhirnya Saya mulai membaca buku –
buku ensiklopedia serta pengetahuan umum yang tersedia di rumah. Buku – buku yang
tersedia di rumah orangtua Saya, tidak bisa dikatakan banyak, namun baik (Alm.)
Kakek maupun Ayah Saya, merupakan orang yang sangat berpendidikan. Meskipun
kakek Saya sudah meninggal sebelum Saya dilahirkan, namun Saya sangat bangga
karena Saya adalah cucu sekaligus anak dari seorang dosen. Latar belakang
inilah yang mengarahkan Saya menjadi seorang yang sangat suka akan keberadaan
ilmu pengetahuan.
Semenjak TK, hingga kelas satu SD
saya adalah seorang yang sangat pendiam. Di kelas saat masih SD kelas satu,
saya bahkan hampir sama sekali tidak pernah berbicara di dalam kelas. Terjadi
selama satu tahun, begitu pula saat
masih TK ketika berada di dalam Bus Sekolah. Saya mendapatkan peringkat hampir
terakhir di sekolah, namun semenjak kelas tiga SD, Saya mulai bisa berinteraksi dengan
lingkungan sekitar hingga mendapatkan peringkat empat saat kelas empat SD, dan sering mendapatkan
juara semenjak kelas 5 SD serta menjadi semifinalis lomba matematika sebanyak
dua kali, dan sekali menjadi finalis. Untungnya, saat seleksi masuk SMP favorit
di kota Saya hanya memperhatikan nilai rapor dari kelas 4 SD, hal itu membuat sangat
senang sekali apalagi ketika Saya lulus sebagai
siswa yang mana Ayah Saya juga menuntut
ilmu dulu disana, yakni SMP Negeri 1 Padang.
Di SMP, Saya tidak pernah
mendapatkan peringkat tiga besar alias juara di kelas. Namun, Saya selalu
mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran TIK dan tergolong bagus dalam
matematika. Hal ini membuat Saya terodorong agar bisa menjadi ahli teknologi
kedepannya. Hingga menjelang tamat, Saya mulai belajar dengan giat demi
mendapatkan nilai UN tertinggi di sekolah. Usaha Saya ternyata membuahkan
hasil, yaitu mendapatkan nilai Matematika dan IPA yang nyaris sempurna secara
murni. Meskipun demikian, Saya tak bisa mendapatkan peringkat terbaik bahkan di
kelas sekalipun sebab kemampuan mereka sangat luar biasa, apalagi yang terbaik
di sekolah pun selalu menjadi yang terbaik di provinsi.
Kebanyakan siswa dari SMP N 1
Padang melanjutkan sekolahnya di SMA N 1 Padang. Saya mengikuti tes di dua
sekolah, yaitu SMA N 1 Padang dan SMA N 1 Sumatera Barat di Padang Panjang.
Saya bersyukur lulus sekesi masuk di kedua sekolah tersebut. Semua usaha
membuahkan hasil, tetapi Saya tidak memilih SMA N 1 Padang karena suatu alasan.
Itu adalah karena Saya tidak begitu menyenangi pergaulan dimana beberapa anak
suka mem-bully Saya dengan panggilan
yang tidak Saya sukai. Mengingat mayoritas siswa SMP N 1 Padang melanjutkan
pendidikannya di SMAN 1 Padang, maka dari itu Saya memilih SMA N 1 Sumatera
Barat, sekolah yang saat itu baru memiliki satu angkatan di atas Saya, berharap
memiliki pergaulan yang jauh lebih baik dan lebih menerima keterbukaan dalam berkarya.
Bersekolah di SMA N 1 Sumatera
Barat memiliki kenangan pahit dan manis. Saya terlalu banyak mengkontribusikan
waktu Saya untuk bidang yang Saya minati saja serta terlalu antusias dalam
berorganisasi. Yang Saya dapatkan ketika diawal masa sekolah ialah kurangnya
pengakuan orang – orang sekitar terhadap Saya terutama dari segi pendidikan.
Hanya lima orang tamatan 2012 dari SMP Negeri 1 Padang yang diterima sekaligus
melanjutkan sekolahnya di SMA ini. Sekolah ini benar – benar mengubah cara
berpikir Saya, karena sekolah ini mengutamakan pemahaman akan agama sekaligus
teknologi. Namun, sayangnya sekolah ini memiliki sedikit sekali ekskul atau
kegiatan peminatan, membuat Saya terus mengeluh. Setiap kompetisi dilarang
kecuali utusan dari sekolah dan itupun harus melewati seleksi dari sekolah
terlebih dahulu. Saya merasa dianggap
sebagai siswa yang bodoh saat itu apalagi nilai Saya hampir selalu buruk ketika
di tahun pertama dan selalu mendapatkan peringkat terakhir.
Hal yang sangat Saya syukuri di SMA
full boarding school pertama di Sumatera Barat ini adalah pergaulannya yang berbeda. Setiap manusia menghargai satu sama lain meskipun orang
tersebut belum tentu bisa melakukan apa.
Hal ini dikarenakan etika termasuk hal yang juga penting di dalam sekolah. Saya
mulai mengerti adanya perbedaan pikiran antara golongan – golongan manusia.
Pemahaman terhadap hal tersebut bagi Saya jauh lebih penting daripada sekedar
nilai tertulis yang diberikan oleh guru.
Nilai Saya yang hampir selalu bagus ketika di SMA adalah bahasa inggris dan
TIK. Saya memang bermimpi ingin menjadi pengusaha komputer yang hebat,
organisasi serta lembaga dari luar mendengar tekad Saya. Buku – buku yang
dimiliki Ayah serta ditinggalkan Kakek Saya sangat membantu Saya, karena Ayah
Saya adalah dosen Bimbingan Konseling di UNP tentunya memiliki banyak buku yang
berkaitan di Psikologi. Sayapun masuk ekskul karya ilmiah demi menggapai tujuan
Saya. Awalnya ingin bergabung dalam kebudayaan jepang tetapi belum ada saat
itu. Kemudian, Saya ingin mencoba di
bagian Konsultasi Remaja, tetapi hanya ada satu laki – laki yang bergabung pada
saat itu.
Hal yang dapat Saya banggakan pada
tahun pertama di SMAN 1 Sumatera Barat ialah ketika Saya diterima sebagai
bagian dari Majelis Perwakilan Kelas, dan juga bisa mengikuti kompetisi
pertukaran pelajar (AFS/YES) hingga tahap akhir di tingkat provinsi meskipun akhirnya tidak
terpilih untuk seleksi pusat. Menghabiskan waktu mempelajari budaya dan
psikologi membuat Saya nyaris tidak bisa melanjutkan studi ke kelas IPA karena faktor nilai. Ada hal yang membuat
Saya ingin masuk ke kelas IPA, pertama ialah karena Saya tertarik dengan
jurusan yang berbau komputer dan
tentunya hanya lulusan IPA yang bisa mengambil jurusan tersebut. Saya dituntut agar
untuk memperbaiki nilai IPA Saya yang hancur serta fokus di sekolah sebagai
jaminan agar diterima.
Di kelas dua Saya mulai menjadi
siswa yang rajin dan ingin memperbaiki diri serta menunjukkan diri dengan cara
menggali potensi lebih dalam. Saya tertarik dengan pelajaran Algoritma dan
Pemrograman yang tidak diajari di sekolah sehingga akhirnya Saya dipilih
menjadi kandidat OSN Komputer tingkat kota. Namun, karena pelatihan OSN ini
memiliki jangka waktu yang lama, akhirnya nilai Saya kembali ke kondisi ketika
Saya masih kelas satu. Perjuangan yang sangat besar tersebut ternyata malah
tidak membuahkan hasil, dikalahkan oleh adik kelas sendiri yang tahun
kedepannya mendapatkan medali tingkat Nasional. Di tahun ini Saya juga dipilih
sebagai satu dari dua ketua asrama untuk angkatan Saya, serta dipilih sebagai
Ketua Divisi Data dan Informasi di Pusat Informasi dan Kegiatan Remaja. Saya
dipercaya untuk membuat logo organisasi dan masih dipakai hingga saat ini. Menjadi
ketua asrama sekaligus mempersiapkan diri untuk olimpiade sangat sulit,
sehingga akhirnya Saya tidak bisa mempertahankan nilai. Saya sempat stres
karena pada hari olimpiade dilaksanakan Saya jatuh sakit dan gagal dalam
seleksi. Impian Saya pupus karena menderita peyakit kulit. Tidak bisa
mengimbangi dan mengejar semuanya dalam kondisi sakit membuat Saya mengambil
keputusan baru, yaitu pindah sekolah.
Tahun ketiga di SMA, saya kembali
ke kota Padang. Saya diterima untuk melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 2
Padang. Saya menjadi terpikir andaikata Saya memilih bersekolah di SMA N 1
Padang apa yang akan terjadi? Apakah Saya bisa menjadi siswa yang lebih baik
atau malah menderita karena di-bully
lagi? Tuhan menghadiahkan hal yang baru lagi kepada Saya, yaitu budaya yang
baru. Pola pikir yang sangat berbeda dan berbanding terbalik, karena SMA N 1
Sumatera Barat sangat menjunjung tinggi kejujuran. Saya baru sadar, ternyata
budaya menyontek hampir ada dimana – mana dan akhirnya Saya merasa ternyata
Saya bukanlah orang yang bodoh. Saya mengharapkan akan adanya dunia ideal dimana dunia ini ada sebagaimana semestinya, orang – orang benar
– benar berpedoman kepada Al-qur’an, tak ada yang namanya istilah bully
diantara manusia – manusia, dan menghargai sesama sebagaimana semestinya.
Saya nyaris terpengaruh total dengan budaya yang berkembang secara mayoritas
ini. Saya melihat adanya perbedaan kemampuan antara orang yang menjunjung
tinggi kejujuran dengan yang tidak, seperti halnya dalam mendapatkan peringkat
bisa Saya raih dengan lebih mudah dibandingkan di SMAN 1 Sumatera Barat, hingga
pada akhirnya mendapatkan peringkat ketiga di kelas untuk nilai UN sendiri.
Hanya saja, mendapatkan peringkat
yang lebih baik malah membuat Saya tidak merasa memberikan kontribusi yang
cukup dan itu terbukti denga banyaknya siswa SMA N 1 Sumatera Barat yang
diterima di ITB, UI, UGM dan kampus lainnya mengalahkan SMA Negeri 1 Padang.
Kegagalan yang Saya peroleh di SMAN 1 Sumbar jauh lebih baik daripada prestasi yang Saya
dapatkan dengan mudah ketika di Padang. Apalagi setelah mendengar berita
salahsatu alumni SMPN 1 Padang yang juga melanjutkan sekolah SMAN 1 Sumbar
bersama Saya meraih medali emas di International Earth Science Olympiad, Abdel
Hafizh mendapatkan peringkat kedua di dunia sebagai siswa yang ahli dalam ilmu
kebumian yang hanya baru dipelajarinya ketika di kelas dua. Orang yang tak
pernah Saya lihat meraih juara di kelas itu malah menjadi yang terbaik di negaranya
sendiri, di bidangnya sendiri, dan dia bahkan mampu mengimbangi olimpiade dan
pelajaran di sekolah. Hal ini membuat Saya berpikir agar bisa memberikan
kontribusi penuh Saya dalam menempuh pendidikan dan tetap terus mengejar ilmu
dan kemudian menggali ilmu yang diminati. Mungkin saat ini Saya belum bisa
menjadi yang terbaik, tetapi Saya berusaha untuk memusatkan kembali perhatian
Saya dengan ilmu pengetahuan karena impian Saya menjadi ahli teknologi dan
ilmuwan masih tetap ada.
Saya merasa bersyukur, meskipun Saya diterima di pilihan
ketiga ini dan hanya disini dari sekian banyak seleksi. Tuhan mempertemukan
Saya dengan fisika klasik, modern dan ilmu mekanika. Agar perhatian Saya
terpusat dengan tujuan Saya, Saya tidak berharap penuh dan tidak mencoba
mendaftar dalam organisasi, kecuali DPM dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam untuk
mengkaji kebenaran lebih lanjut. Kontribusi Saya saat ini ialah memberikan
perhatian penuh akan keberadaan ilmu yang ada saat ini termasuk ilmu kimia, dan
Saya yakin suatu hari nanti akan menjadi pengusaha teknologi yang hebat karena
itulah keinginan Saya. Dan Saya juga bermimpi agar bisa melebihi Ayah Saya yang
sudah menjadi dosen serta Kakek Saya yang sukses menamatkan pendidikannya di
Jogja yang membawa ilmu dakwahnya kepada orang – orang di Sumatera Barat
sebagai dosen dan juga dekan di Fakultas Dakwah. Teknik Sipil adalah cita –
cita Ayah Saya sendiri yang tidak tercapai oleh Ayah Saya setelah lulus
dari SMAN 1 Padang, Saya tahu Ayah Saya kecewa karena telah memilih untuk tidak
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Padang, dan malah mengalami banyak kegagalan
ketika di masa SMA. Tetapi setidaknya Saya bersekolah di kota yang sama dengan
Alm. Kakek Saya. Melanjutkan kuliah ke luar provinsi adalah pilihan Saya karena
Saya ingin melihat lebih banyak perbedaan lingkungan dan budaya di Indonesia.
Meskipun mungkin nilai Saya memungkinkan Saya untuk berkuliah di UNAND dan bisa
bertemu dengan teman – teman Saya lagi yang berkuliah disana, tetapi Saya tidak
memilihnya karena Saya ingin menjadi pemimpin. Ilmu psikologi dan hukum islam
yang ditinggalkan oleh baik Ayah maupun Kakek Saya, tetap akan Saya pelajari
hingga sekarang. Saya memang belum bisa memberikan hasil kepada Indonesia,
namun perhatian penuh Saya pada ilmu pengetahuan adalah kontribusi Saya saat ini.
Kontribusi Saya selanjutnya nanti ialah melanjutkan perjuangan apa yang membuat
Saya gagal serta kebebasan berkarya Saya yang hilang di masa lalu, yaitu
membangun koneksi dengan orang yang sudah ahli akan teknologi dan yang juga mau
belajar lebih banyak. Kontribusi yang Saya harapkan di masa depan nanti ialah
membangun organisasi serta menghidupkan kembali komunitas pemrograman yang
sudah Saya buat. Saya berharap mampu bekerjasama dengan berbagai mahasiswa maupun
alumni dari Fakultas Teknik, Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Bisnis, Ilmu
Komputer atau lebih tepatnya yang ahli pada bidang tersebut. Organisasi ini
Saya harapkan bisa menjadi perusahaan besar, disamping itu saya juga telah
menulis daftar orang – orang yang sudah Saya kenal untuk menjalin kerjasama
terutama alumni dari SMP maupun SMA yang mana Saya pernah bersekolah disana.
Semakin banyak lingkungan yang Saya tempati, maka akan semakin banyak pulalah
orang yang Saya kenal, dan dari sanalah kemungkinan kerjasama yang bisa Saya
lakukan.
Disamping itu Saya juga masih
mencoba memperbanyak perbendaharaan kata Saya dalam bahasa asing yaitu bahasa Inggris, Jepang, Jerman serta bahasa Arab.
Kedepannya Saya ingin menjadi fasih dan juga akan menambahkan Rusia, Perancis,
dan Mandarin, meskipun sebenarnya Saya bukan mahasiswa sastra. Saya ingin
menjadi linchpin yang sesungguhnya,
yaitu orang – orang yang mempunyai jiwa
seni yang tinggi, yang tak tergantikan, berdasarkan buku milik Seth Godin “Linchpin”, pendiri sekaligus CEO dari
squidoo.com, juga seorang pembicara yang populer.
Saya ingin menjadi salahsatu orang
yang berpengaruh di dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)