Senin, 18 Januari 2016

Sonna Kimi, Konna Boku - Thinking Dogs, TV version, Naruto Shippuden Ending 36th [lyrics/romaji]

Sonna kimi wa nazeka
Konna boku wa zutto hitei dekinakute
Hashitteiru sono senaka o
taiyou mitai ni oikakeketa

Te ga todou kisou na yume wa kachi ga nainda
 Zettai ni muri datte iwareru kurai ga ii
Akirameru nante itsudatte dekiru kara
Hiki hanasarete mo boku wa ganbarou

Hito wa doushite senakashite kisoi aru no ka?
Jibun no sonzai o shoumei shitai

Sonna kimi wa kitto
Konna boku ni wa nai kodoku ni obieterunda
Sono saki ni wa daremo inai
Ushiro ni chikazuku fuan dake

Boku ga iru

readmore »»  

Minggu, 10 Januari 2016

Kontribusi yang telah, sedang, dan akan saya lakukan untuk Negara

Dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga yang peduli dengan pendidikan. Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi keluarga, sehingga orangtua Saya hanya memberikan anggaran berlebih kepada Saya  jika  anggaran tersebut Saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan. Tingkat pendidikan sendiri merupakan salahsatu faktor utama maju atau tidaknya suatu negara. Semenjak SD Saya sangat suka mempelajari hal – hal berbau sains dan juga matematika. Ketertarikan Saya ini bermula dari Ayah Saya yang mengajarkan Saya untuk membaca, meskipun secara fisik Saya termasuk orang yang tergolong lamban dalam berkembang, namun keberadaan orangtua Saya sangat membantu perkembangan Saya dalam perbendaharaan kata. Saya masih ingat bahkan sebelum TK, Saya sudah diajari membaca dengan Ayah Saya dan betapa bangganya Saya akan hal itu. Kemudian, akhirnya Saya mulai membaca buku – buku ensiklopedia serta pengetahuan umum yang tersedia di rumah. Buku – buku yang tersedia di rumah orangtua Saya, tidak bisa dikatakan banyak, namun baik (Alm.) Kakek maupun Ayah Saya, merupakan orang yang sangat berpendidikan. Meskipun kakek Saya sudah meninggal sebelum Saya dilahirkan, namun Saya sangat bangga karena Saya adalah cucu sekaligus anak dari seorang dosen. Latar belakang inilah yang mengarahkan Saya menjadi seorang yang sangat suka akan keberadaan ilmu pengetahuan.

Semenjak TK, hingga kelas satu SD saya adalah seorang yang sangat pendiam. Di kelas saat masih SD kelas satu, saya bahkan hampir sama sekali tidak pernah berbicara di dalam kelas. Terjadi selama satu tahun, begitu pula  saat masih TK ketika berada di dalam Bus Sekolah. Saya mendapatkan peringkat hampir terakhir di sekolah, namun semenjak kelas  tiga SD, Saya mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar hingga mendapatkan peringkat empat  saat kelas empat SD, dan sering mendapatkan juara semenjak kelas 5 SD serta menjadi semifinalis lomba matematika sebanyak dua kali, dan sekali menjadi finalis. Untungnya, saat seleksi masuk SMP favorit di kota Saya hanya memperhatikan nilai rapor dari kelas 4 SD, hal itu membuat sangat senang sekali apalagi ketika Saya  lulus sebagai siswa yang mana  Ayah Saya juga menuntut ilmu dulu disana, yakni SMP Negeri 1 Padang.

Di SMP, Saya tidak pernah mendapatkan peringkat tiga besar alias juara di kelas. Namun, Saya selalu mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran TIK dan tergolong bagus dalam matematika. Hal ini membuat Saya terodorong agar bisa menjadi ahli teknologi kedepannya. Hingga menjelang tamat, Saya mulai belajar dengan giat demi mendapatkan nilai UN tertinggi di sekolah. Usaha Saya ternyata membuahkan hasil, yaitu mendapatkan nilai Matematika dan IPA yang nyaris sempurna secara murni. Meskipun demikian, Saya tak bisa mendapatkan peringkat terbaik bahkan di kelas sekalipun sebab kemampuan mereka sangat luar biasa, apalagi yang terbaik di sekolah pun selalu menjadi yang terbaik di provinsi.

Kebanyakan siswa dari SMP N 1 Padang melanjutkan sekolahnya di SMA N 1 Padang. Saya mengikuti tes di dua sekolah, yaitu SMA N 1 Padang dan SMA N 1 Sumatera Barat di Padang Panjang. Saya bersyukur lulus sekesi masuk di kedua sekolah tersebut. Semua usaha membuahkan hasil, tetapi Saya tidak memilih SMA N 1 Padang karena suatu alasan. Itu adalah karena Saya tidak begitu menyenangi pergaulan dimana beberapa anak suka mem-bully Saya dengan panggilan yang tidak Saya sukai. Mengingat mayoritas siswa SMP N 1 Padang melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Padang, maka dari itu Saya memilih SMA N 1 Sumatera Barat, sekolah yang saat itu baru memiliki satu angkatan di atas Saya, berharap memiliki pergaulan yang jauh lebih baik dan lebih menerima keterbukaan dalam berkarya.

Bersekolah di SMA N 1 Sumatera Barat memiliki kenangan pahit dan manis. Saya terlalu banyak mengkontribusikan waktu Saya untuk bidang yang Saya minati saja serta terlalu antusias dalam berorganisasi. Yang Saya dapatkan ketika diawal masa sekolah ialah kurangnya pengakuan orang – orang sekitar terhadap Saya terutama dari segi pendidikan. Hanya lima orang tamatan 2012 dari SMP Negeri 1 Padang yang diterima sekaligus melanjutkan sekolahnya di SMA ini. Sekolah ini benar – benar mengubah cara berpikir Saya, karena sekolah ini mengutamakan pemahaman akan agama sekaligus teknologi. Namun, sayangnya sekolah ini memiliki sedikit sekali ekskul atau kegiatan peminatan, membuat Saya terus mengeluh. Setiap kompetisi dilarang kecuali utusan dari sekolah dan itupun harus melewati seleksi dari sekolah terlebih dahulu. Saya merasa  dianggap sebagai siswa yang bodoh saat itu apalagi nilai Saya hampir selalu buruk ketika di tahun pertama dan selalu mendapatkan peringkat terakhir.

Hal yang sangat Saya syukuri di SMA full boarding school pertama di Sumatera Barat ini adalah pergaulannya yang  berbeda. Setiap manusia  menghargai satu sama lain meskipun orang tersebut belum tentu  bisa melakukan apa. Hal ini dikarenakan etika termasuk hal yang juga penting di dalam sekolah. Saya mulai mengerti adanya perbedaan pikiran antara golongan – golongan manusia. Pemahaman terhadap hal tersebut bagi Saya jauh lebih penting daripada sekedar nilai tertulis  yang diberikan oleh guru. Nilai Saya yang hampir selalu bagus ketika di SMA adalah bahasa inggris dan TIK. Saya memang bermimpi ingin menjadi pengusaha komputer yang hebat, organisasi serta lembaga dari luar mendengar tekad Saya. Buku – buku yang dimiliki Ayah serta ditinggalkan Kakek Saya sangat membantu Saya, karena Ayah Saya adalah dosen Bimbingan Konseling di UNP tentunya memiliki banyak buku yang berkaitan di Psikologi. Sayapun masuk ekskul karya ilmiah demi menggapai tujuan Saya. Awalnya ingin bergabung dalam kebudayaan jepang tetapi belum ada saat itu.  Kemudian, Saya ingin mencoba di bagian Konsultasi Remaja, tetapi hanya ada satu laki – laki yang bergabung pada saat itu.

Hal yang dapat Saya banggakan pada tahun pertama di SMAN 1 Sumatera Barat ialah ketika Saya diterima sebagai bagian dari Majelis Perwakilan Kelas, dan juga bisa mengikuti kompetisi pertukaran pelajar (AFS/YES) hingga tahap akhir di tingkat provinsi meskipun akhirnya tidak terpilih untuk seleksi pusat. Menghabiskan waktu mempelajari budaya dan psikologi membuat Saya nyaris tidak bisa melanjutkan studi ke kelas  IPA karena faktor nilai. Ada hal yang membuat Saya ingin masuk ke kelas IPA, pertama ialah karena Saya tertarik dengan jurusan yang berbau komputer  dan tentunya hanya lulusan IPA yang bisa mengambil jurusan tersebut. Saya dituntut agar untuk memperbaiki nilai IPA Saya yang hancur serta fokus di sekolah sebagai jaminan agar diterima.

Di kelas dua Saya mulai menjadi siswa yang rajin dan ingin memperbaiki diri serta menunjukkan diri dengan cara menggali potensi lebih dalam. Saya tertarik dengan pelajaran Algoritma dan Pemrograman yang tidak diajari di sekolah sehingga akhirnya Saya dipilih menjadi kandidat OSN Komputer tingkat kota. Namun, karena pelatihan OSN ini memiliki jangka waktu yang lama, akhirnya nilai Saya kembali ke kondisi ketika Saya masih kelas satu. Perjuangan yang sangat besar tersebut ternyata malah tidak membuahkan hasil, dikalahkan oleh adik kelas sendiri yang tahun kedepannya mendapatkan medali tingkat Nasional. Di tahun ini Saya juga dipilih sebagai satu dari dua ketua asrama untuk angkatan Saya, serta dipilih sebagai Ketua Divisi Data dan Informasi di Pusat Informasi dan Kegiatan Remaja. Saya dipercaya untuk membuat logo organisasi dan masih dipakai hingga saat ini. Menjadi ketua asrama sekaligus mempersiapkan diri untuk olimpiade sangat sulit, sehingga akhirnya Saya tidak bisa mempertahankan nilai. Saya sempat stres karena pada hari olimpiade dilaksanakan Saya jatuh sakit dan gagal dalam seleksi. Impian Saya pupus karena menderita peyakit kulit. Tidak bisa mengimbangi dan mengejar semuanya dalam kondisi sakit membuat Saya mengambil keputusan baru, yaitu pindah sekolah.

Tahun ketiga di SMA, saya kembali ke kota Padang. Saya diterima untuk melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 2 Padang. Saya menjadi terpikir andaikata Saya memilih bersekolah di SMA N 1 Padang apa yang akan terjadi? Apakah Saya bisa menjadi siswa yang lebih baik atau malah menderita karena di-bully lagi? Tuhan menghadiahkan hal yang baru lagi kepada Saya, yaitu budaya yang baru. Pola pikir yang sangat berbeda dan berbanding terbalik, karena SMA N 1 Sumatera Barat sangat menjunjung tinggi kejujuran. Saya baru sadar, ternyata budaya menyontek hampir ada dimana – mana dan akhirnya Saya merasa ternyata Saya bukanlah orang yang bodoh. Saya mengharapkan akan adanya dunia  ideal dimana dunia  ini ada sebagaimana semestinya, orang – orang benar – benar berpedoman kepada Al-qur’an, tak ada yang namanya istilah  bully diantara manusia – manusia, dan menghargai sesama sebagaimana semestinya. Saya nyaris terpengaruh total dengan budaya yang berkembang secara mayoritas ini. Saya melihat adanya perbedaan kemampuan antara orang yang menjunjung tinggi kejujuran dengan yang tidak, seperti halnya dalam mendapatkan peringkat bisa Saya raih dengan lebih mudah dibandingkan di SMAN 1 Sumatera Barat, hingga pada akhirnya mendapatkan peringkat ketiga di kelas untuk nilai UN sendiri.

Hanya saja, mendapatkan peringkat yang lebih baik malah membuat Saya tidak merasa memberikan kontribusi yang cukup dan itu terbukti denga banyaknya siswa SMA N 1 Sumatera Barat yang diterima di ITB, UI, UGM dan kampus lainnya mengalahkan SMA Negeri 1 Padang. Kegagalan yang Saya peroleh di SMAN 1 Sumbar  jauh lebih baik daripada prestasi yang Saya dapatkan dengan mudah ketika di Padang. Apalagi setelah mendengar berita salahsatu alumni SMPN 1 Padang yang juga melanjutkan sekolah SMAN 1 Sumbar bersama Saya meraih medali emas di International Earth Science Olympiad, Abdel Hafizh mendapatkan peringkat kedua di dunia sebagai siswa yang ahli dalam ilmu kebumian yang hanya baru dipelajarinya ketika di kelas dua. Orang yang tak pernah Saya lihat meraih juara di kelas  itu malah menjadi yang terbaik di negaranya sendiri, di bidangnya sendiri, dan dia bahkan mampu mengimbangi olimpiade dan pelajaran di sekolah. Hal ini membuat Saya berpikir agar bisa memberikan kontribusi penuh Saya dalam menempuh pendidikan dan tetap terus mengejar ilmu dan kemudian menggali ilmu yang diminati. Mungkin saat ini Saya belum bisa menjadi yang terbaik, tetapi Saya berusaha untuk memusatkan kembali perhatian Saya dengan ilmu pengetahuan karena impian Saya menjadi ahli teknologi dan ilmuwan masih tetap ada.

Saya merasa  bersyukur, meskipun Saya diterima di pilihan ketiga ini dan hanya disini dari sekian banyak seleksi. Tuhan mempertemukan Saya dengan fisika klasik, modern dan ilmu mekanika. Agar perhatian Saya terpusat dengan tujuan Saya, Saya tidak berharap penuh dan tidak mencoba mendaftar dalam organisasi, kecuali DPM dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam untuk mengkaji kebenaran lebih lanjut. Kontribusi Saya saat ini ialah memberikan perhatian penuh akan keberadaan ilmu yang ada saat ini termasuk ilmu kimia, dan Saya yakin suatu hari nanti akan menjadi pengusaha teknologi yang hebat karena itulah keinginan Saya. Dan Saya juga bermimpi agar bisa melebihi Ayah Saya yang sudah menjadi dosen serta Kakek Saya yang sukses menamatkan pendidikannya di Jogja yang membawa ilmu dakwahnya kepada orang – orang di Sumatera Barat sebagai dosen dan juga dekan di Fakultas Dakwah. Teknik Sipil adalah cita – cita  Ayah Saya sendiri yang  tidak tercapai oleh Ayah Saya setelah lulus dari SMAN 1 Padang, Saya tahu Ayah Saya kecewa karena telah memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Padang, dan malah mengalami banyak kegagalan ketika di masa SMA. Tetapi setidaknya Saya bersekolah di kota yang sama dengan Alm. Kakek Saya. Melanjutkan kuliah ke luar provinsi adalah pilihan Saya karena Saya ingin melihat lebih banyak perbedaan lingkungan dan budaya di Indonesia. Meskipun mungkin nilai Saya memungkinkan Saya untuk berkuliah di UNAND dan bisa bertemu dengan teman – teman Saya lagi yang berkuliah disana, tetapi Saya tidak memilihnya karena Saya ingin menjadi pemimpin. Ilmu psikologi dan hukum islam yang ditinggalkan oleh baik Ayah maupun Kakek Saya, tetap akan Saya pelajari hingga sekarang. Saya memang belum bisa memberikan hasil kepada Indonesia, namun perhatian penuh Saya pada ilmu pengetahuan adalah kontribusi Saya saat ini. Kontribusi Saya selanjutnya nanti ialah melanjutkan perjuangan apa yang membuat Saya gagal serta kebebasan berkarya Saya yang hilang di masa lalu, yaitu membangun koneksi dengan orang yang sudah ahli akan teknologi dan yang juga mau belajar lebih banyak. Kontribusi yang Saya harapkan di masa depan nanti ialah membangun organisasi serta menghidupkan kembali komunitas pemrograman yang sudah Saya buat. Saya berharap mampu bekerjasama dengan berbagai mahasiswa maupun alumni dari Fakultas Teknik, Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Komputer atau lebih tepatnya yang ahli pada bidang tersebut. Organisasi ini Saya harapkan bisa menjadi perusahaan besar, disamping itu saya juga telah menulis daftar orang – orang yang sudah Saya kenal untuk menjalin kerjasama terutama alumni dari SMP maupun SMA yang mana Saya pernah bersekolah disana. Semakin banyak lingkungan yang Saya tempati, maka akan semakin banyak pulalah orang yang Saya kenal, dan dari sanalah kemungkinan kerjasama yang bisa Saya lakukan.

Disamping itu Saya juga masih mencoba memperbanyak perbendaharaan kata Saya dalam bahasa asing yaitu bahasa  Inggris, Jepang, Jerman serta bahasa Arab. Kedepannya Saya ingin menjadi fasih dan juga akan menambahkan Rusia, Perancis, dan Mandarin, meskipun sebenarnya Saya bukan mahasiswa sastra. Saya ingin menjadi linchpin yang sesungguhnya, yaitu orang – orang  yang mempunyai jiwa seni yang tinggi, yang tak tergantikan, berdasarkan buku milik Seth Godin “Linchpin”, pendiri sekaligus CEO dari squidoo.com, juga seorang pembicara yang populer.

Saya ingin menjadi salahsatu orang yang berpengaruh di dunia.
readmore »»